BERPIKIR DAN BERBAHASA
Terdapat
keterkaitan yang jelas antara kemampuan berbahasa dengan kemampuan
berpikir. Manusia untuk dapat melakukan kegiatan berpikir dengan baik
maka diperlukan sarana yang berupa bahasa. Bahasa merupakan alat
komunikasi verbal untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang
lain. Dengan menguasai bahasa maka seseorang akan mengetahui
pengetahuan.
Bahasa
memberikan kontribusi yang besar dalam perkembangan anak menjadi
manusia dewasa. Dengan bantuan bahasa, anak tumbuh dari suatu organisme
biologis menjadi suatu pribadi di dalam kelompok, yaitu suatu pribadi
yang berpikir, merasa berbuat, serta memandang dunia dan kehidupan
sesuai dengan lingkungan sosialnya.
Keunikan
manusia sebenarnya bukanlah terletak pada kemampuan berbahasanya.
Manusia dapat berpikir dengan baik karena dia mempunyai bahasa. Tanpa
bahasa maka manusia tidak akan dapat berpikir secara rumit dan abstrak,
seperti apa yang kita lakukan dalam kegiatan ilmiah. Dengan kata lain,
tanpa mempunyai kemampuan berbahasa ini maka maka kegiatan berpikir
secara sistematis dan teratur tidak mungkin dapat dilakukan.
Bahasa
mengkomunikasikan tiga hal, yakni buah pikiran, perasan dan sikap.
Dalam proses menuangkan pikiran, manusia berusaha mengatur segala fakta
dan hasil pemikiran dengan cara sedemikian rupa sehingga cara kerja
alami otak dilibatkan dari awal, dengan harapan bahwa akan lebih mudah
mengingat dan menarik kembali informasi dikemudian hari.
Sebenarnya,
anak-anak dapat menuangkan pikiran dengan caranya masing-masing. Proses
menuangkan pikiran menjadi tidak beraturan atau malah tersendat ketika
anak-anak terjebak dalam model menuangkan pikiran yang kurang efektif
sehingga kreativitas tidak muncul. Model dikte dan mencatat semua yang
didiktekan pendidik, mendengar ceramah dan mengingat isinya, menghapal
kata-kata penting dan artinya terjadi dalam proses belajar mengajar di
sekolah atau dimana saja menjadi kurang efektif ketika tidak didukung
oleh kreativitas pendidik atau anak-anak itu sendiri.
Keterkaitan
antara pikiran dan bahasa dapat dipetakan dalam tiga pendapat.
Perbedaan ini hanya menyangkut variabel mana yang menjadi penyebab.
A. Konsep berfikir
Pikiran adalah gagasan
dan proses mental. Berpikir memungkinkan seseorang untuk merepresentasikan dunia sebagai model dan memberikan perlakuan terhadapnya
secara efektif sesuai dengan tujuan, rencana, dan keinginan. Kata yang merujuk
pada konsep dan proses yang sama diantaranya kognisi, pemahaman, kesadaran, gagasan, dan imajinasi.
Berpikir
melibatkan manipulasi otak terhadap informasi seperti saat kita membentuk konsep, terlibat dalam pemecahan masalah,
melakukan penalaran, dan membuat keputusan.
Berpikir
adalah fungsi kognitif tingkat tinggi dan analisis proses berpikir menjadi
bagian dari psikologi kognitif.
Ada beberapa pendapat mengenai
berpikir , diantaranya Menurut hukum Gestalt manusia berfikir secara
menyeluruh, maka proses belajar melibatkan proses berfikir, harus dimulai
dengan mempelajari materi secara menyeluruh, baru ke bagian-bagiannya.ada yang
menganggap sebagai suatu proses asosiasi saja, pandangan semacam ini
dikemukakan oleh kaum Asosiasionist. Sedangkan Kaum Fungsionalist memandang
berpikir sebagai suatu proses penguatan hubungan antara stimulus dan respons.
Diantaranya ada yang mengemukakan bahwa berpikir merupakan suatu kegiatan
psikis untuk mencari hubungan antara dua objek atau lebih. Secara sederhana,
berpikir adalah memproses informasi secara mental atau secara kognitif. Secara
lebih formal, berpikir adalah penyusunan ulang atau manipulasi kognitif baik
informasi dari lingkungan maupun simbol-simbol yang disimpan dalam long term
memory. Jadi, menurut berpikir adalah sebuah representasi simbol dari beberapa
peristiwa atau item. Sedangkan menurut Drever (dalam Walgito, 1997 dikutip
Khodijah, 2006:117) berpikir adalah melatih ide-ide dengan cara yang tepat dan
seksama yang dimulai dengan adanya masalah. Solso (1998 dalam Khodijah,
2006:117) berpikir adalah sebuah proses dimana representasi mental baru
dibentuk melalui transformasi informasi dengan interaksi yang komplek
atribut-atribut mental seperti penilaian, abstraksi, logika, imajinasi, dan
pemecahan masalah. Dari pengertian tersebut tampak bahwa ada tiga pandangan
dasar tentang berpikir, yaitu (1) berpikir adalah kognitif, yaitu timbul secara
internal dalam pikiran tetapi dapat diperkirakan dari perilaku, (2) berpikir
merupakan sebuah proses yang melibatkan beberapa manipulasi pengetahuan dalam
sistem kognitif, dan (3) berpikir diarahkan dan menghasilkan perilaku yang
memecahkan masalah atau diarahkan pada solusi.Definisi yang paling umum dari
berfikir adalah berkembangnya ide dan dan konsep ini berlangsung melalui proses
penjalinan hubungan antara bagian-bagian informasi yang tersimpan di dalam diri
seseorang yang berupa pengertian-perngertian.(Bochenski, dalam
Suriasumantri 1983:52) maka dapat
dilihat bahwa berfikir pada dasarnya adalah proses psikologisKemampuan berfikir
pada manusia alamiah sifatnya. Manusia yang lahir dalam keadaan normal akan
dengan sendirinya memiliki kemampuan ini dengan tingkat yang relatif berbeda.
Jika demikian, yang perlu diupayakan dalam proses pembelajaran adalah
mengembangkan kemampuan ini, dan bukannya melemahkannya. Para pendidik yang
memiliki kecendrungan untuk memberikan penjelasan yang "selengkapnya"
tentang satu material pembelajaran akan cendrung melemahkan kemampuan subjek
didik untuk berfikir. Sebaliknya, para pendidik yang lebih memusatkan
pembelajarannya pada pemberian pengertian-pengertian atau konsep-konsep kunci
yang fungsional akan mendorong subjek didiknya mengembangkan kemampuan berfikir
mereka. Pembelajaran seperti ini akan menghadirkan tentangan psikologi bagi
subjek didik untuk merumuskan kesimpulan-kesimpulannya secara mandiri.Tujuan
berpikir adalah memecahkan permasalahan tersebut. Karena itu sering dikemukakan
bahwa berpikir itu adalah merupakan aktifitas psikis yang intentional, berpikir
tentang sesuatu. Di dalam pemecahan masalah tersebut, orang menghubungkan satu
hal dengan hal yang lain hingga dapat mendapatkan pemecahan masalah.
B. Proses berfikir
Ada
tiga langkah proses berfikir, yaitu:
1.
Pembentukan pengertian
Menganalisis
ciri-ciri dari sejumalah obyek yang sejenis. Obyek tersebut kita perhatikan
unsur - unsurnya satu demi satu. Misalnya maupun membentuk pengertian manusia.
Kita ambil manusia dari berbagai bangsa lalu kita analisa ciri-ciri misalnya :
Manusia Indonesia, ciri
- cirinya :
* Mahluk hidup
* Berbudi
* Berkulit sawo mateng
* Berambut hitam
* Dan sebagainya
* Berbudi
* Berkulit sawo mateng
* Berambut hitam
* Dan sebagainya
Manusia Eropa, ciri -
cirinya :
* Mahluk hidup
* Berbudi
* Berkulit Putih
* Berambut pirang atau putih
* Bermata biru terbuka
* Dan sebagainya
* Berbudi
* Berkulit Putih
* Berambut pirang atau putih
* Bermata biru terbuka
* Dan sebagainya
Manusia Negro, ciri -
cirinya:
* Mahluk hidup
* Berbudi
* Berkulit htam
* Berambut hitam kriting
* Bermata hitam melotot
* Dan sebagainya
Manusia Cina, ciri - cirinya:
* Berbudi
* Berkulit htam
* Berambut hitam kriting
* Bermata hitam melotot
* Dan sebagainya
Manusia Cina, ciri - cirinya:
* Mahluk Hidup
* Berbudi
* Berkulit kuning
* Berambut hitam lurus
* Bermata hitam sipit
* Dan sebagainya
* Berbudi
* Berkulit kuning
* Berambut hitam lurus
* Bermata hitam sipit
* Dan sebagainya
Dan manusia yang lain -
lainnya lagi.
Membanding
- bandingkan ciri tersebut untuk diketemukan ciri - ciri mana yang sama, mana
yang tidak sama, mana yang selalu ada dan mana yang tidak selalu ada mana yang
hakiki dan mana yang tidak hakiki.
Mengabstraksikan,
yaitu menyisihkan, membuang, ciri-ciri yang tidak hakiki, menangkap cirri-ciri
yang hakiki. Pada contoh di atas ciri - ciri yang hakiki itu ialah: Makhluk
hidup yang berbudi.
2.
Pembentukan pendapat
Pembentukan pendapat
adalah meletakkan hubungan dua pengertian atau lebih.pendapat di bagi memjadi
tiga jenis yaitu: a. Pendapat afirmatif, yaitu pendapat yang menyatakan keadaan
sesuatu. b. Pendapat negatif, yaitu pendapat yang menindakkan, yang secara
tegas menjelaskan tidak adanya sifat tertentu. c. Pendapat modalitas atau
kebarangkalian, yaitu kemungkinan-kemungkinan suatu sifat pada suatu hal.
3.
Penarikan Kesimpulan
atau Pembentukan Keputusan
Keputusan
adalah hasil perbuatan akal untuk membentuk pendapat baru berdasarkan
pendapat-pendapat yang telah ada. Ada 3 macam keputusan, Yaitu
a. Keputusan
induktif
yaitu
keputusan yang diambil dari pendapat - pendapat khusus menuju ke satu pendapat
umum. Misalnya :
Tembaga di panaskan akan memuai
Perak di panaskan akan memuai
Besi di panaskan akan memuai
Kuningan di panaskan akan memuai Jadi (kesimpulan). Bahwa semua logam kalau dipanaskan akan memuai (Umum).
Tembaga di panaskan akan memuai
Perak di panaskan akan memuai
Besi di panaskan akan memuai
Kuningan di panaskan akan memuai Jadi (kesimpulan). Bahwa semua logam kalau dipanaskan akan memuai (Umum).
b. Keputusan
Deduktif
Keputusan
deduktif ditarik dari hal yang umum ke hal yang khusus , Jadi berlawanan dengan
keputusan induktif. Misalnya : Semua logam kalau dipanaskan memuai (umum),
tembaga adalah logam. Jadi (kesimpulan) : tembaga kalau dipanaskan memuai
Contoh lain : Semua manusia terkena nasib mati, Si Karto adalah manusia Jadi
pada suatu hari si Karto akan mati.
c. Keputusan
Analogis
Keputusan
Analogis adalah Keputusan yang diperoleh dengan jalan membandingkan atau
menyesuaikan dengan pendapat-pendapat khusus yang telah ada. Misalnya : Totok
anak pandai, naik kelas (Khusus). Jadi (kesimpulan) Si Nunung anak yang pandai
itu, tentu naik kelas.
E. Hubungan berfikir
dengan berbahasa
Berfikir dan berbaasa memiliki
kaitan yang sangat erat, karena bahasa adalah sarana berfikir.bahasa adalah
suatu sistem lambang berupa bunyi, bersifat arbitrer, digunakan masyarakat
untuk berkerja, berkomunikasi dan mengidentifikasi diri. Sebagai suatu sistem
bahasa terbentuk oleh suatu aturan, kaidah, atau pola-pola tertentu, baik dalam
bidang tata bunyi, tata bentuk kata, maupun tata kalimat.Lambang yang digunakan
dalam sistem bahasa adalah adalah berupa bunyi, yaitu bunyi yang dihasilkan
oleh alat ucap manusia. Bahasa terbagi atas dua yaitu bahasa lisan dan tulisan,
bahasa lisan disebut pula bahasa primer dan bahasa tulisan disebut juga bahasa
skunder. Bahasa lisan dan tulisan dapat digunakan sebagai sarana berfikir atau
mengungkapkan pikiran dari pembicara atau penulis.
F. Perkembangan bahasa
Setiap
manusia mengawali komunikasinya dengan dunia sekitarnya melalui bahasa tangis.
Melatih bahasa tersebut scorang bayi mengkomunikasikan segala kebutuhan dan
keinginannya. Sjalan dengan perkembangan kemampuan serta kematangan jasmani
terutama yang berhubungan dengan proses bicara, komunikasi tersebut makin
meningkat dan meluas, misalnya dengan orang di sekitarnya lingkungan dan
berkembang dengan orang lain yang baru dikenal dan bersahabat dengannya.
Terdapat perbedaan yang signifikan antara pengertian bahasa dan berbicara. Bahasa mencakup segala bentuk komunikasi, baik yang diutarakan dalam bentuk lisan. tulisan, bahasa isyarat, bahasa gerak tubuh, ckspresi wajah pantomim atau seni. Sedangkan bicara adalah bahasa lisan yang merupakan bentuk yang paling efektif untuk berkomunikasi, dan paling penting serta paling banyak dipergunakan. Perkembangan bahasa tersebut selalu meningkat sesuai dengan meningkatnya usia anak. Orang tua sebaiknya selalu memperhatikan perkernbangan tersebtit, sebab pada masa ini, sangat menentukan proses belajar. Hal ini dapat. dilakukan dengan memberi contoh yang baik, memberikan motivasi pada anak untuk belajar dan sebagainya. Orang tua sangat bertanggung jawab atas kesuksesan belajar anak dan seyogyanya selalu berusaha meningkatkan potensi anak agar dapat berkembang secara maksimal. Pada gilirannya anak akan dapat berkembang dan tumbuh menjadi pribadi yang bahagia karena dengan mulai berkomunikasi dengan lingkungan, bersedia memberi dan menerima segala sesuatu yang terjadi di lingkungannya.
Terdapat perbedaan yang signifikan antara pengertian bahasa dan berbicara. Bahasa mencakup segala bentuk komunikasi, baik yang diutarakan dalam bentuk lisan. tulisan, bahasa isyarat, bahasa gerak tubuh, ckspresi wajah pantomim atau seni. Sedangkan bicara adalah bahasa lisan yang merupakan bentuk yang paling efektif untuk berkomunikasi, dan paling penting serta paling banyak dipergunakan. Perkembangan bahasa tersebut selalu meningkat sesuai dengan meningkatnya usia anak. Orang tua sebaiknya selalu memperhatikan perkernbangan tersebtit, sebab pada masa ini, sangat menentukan proses belajar. Hal ini dapat. dilakukan dengan memberi contoh yang baik, memberikan motivasi pada anak untuk belajar dan sebagainya. Orang tua sangat bertanggung jawab atas kesuksesan belajar anak dan seyogyanya selalu berusaha meningkatkan potensi anak agar dapat berkembang secara maksimal. Pada gilirannya anak akan dapat berkembang dan tumbuh menjadi pribadi yang bahagia karena dengan mulai berkomunikasi dengan lingkungan, bersedia memberi dan menerima segala sesuatu yang terjadi di lingkungannya.
Bahasa
adalah segala bentuk komunikasi di mana pikiran dan perasaan seseorang
disimbolisasikan agar dapat menyampaikan arti kepada orang lain. Oleh karera
itu, perkembangan bahasa dimulai dari tangisan pertama sampai anak mampu
bertutur kata. Perkembangan bahasa terbagi atas dua periode besar, yaitu:
periode Prelinguistik (0-1 tahun) dan Linguistik (1-5 tahun). Mulai periode
linguistik inilah mulai anak mengucapkan kata kata yang, pertama. Yang
merupakan saat paling menakjubkan bagi orang tua. Periode linguistik terbagi
dalam tiga fase besar, yaitu:
1. Fase satu kata atau Holofrase
Pada fase ini anak mempergunakan satu kata untuk
menyatakan pikiran yang kornpleks, baik yang bcrupa keinginan, perasaan atau
temuannya tanpa pcrbedaan yang jelas. Misalnya kata duduk, bag: anak dapat
berarti “saya mau duduk”, atau kursi tempat duduk, dapat juga berarti “mama
sedang duduk”. Orang tua baru dapat mengerti dan memahami apa yang dimaksudkan
oleh anak tersebut, apabila kiia tahu dalam konteks apa kata tersrbut
diucapkan, sambil mengamati mimik (raut muka) gerak serta bahasa tubuh lainnya.
Pada umumnya kata pertama yang diurapkan oleh anak adalah kata benda, setelah
beberapa waktu barulah disusul dengan kata kerja.
2.
Fase lebih dari satu kata
Fase dua kata muncul pada anak berusia sekkar 18
bulan. Pada fase ini anak sudah dapat membuat kalimat sederhana yang terdiri
dari dua kata. Kalimat tersebut kadang-kadang terdiri dari pokok kalimat dan
predikat, kadang-kadang pokok kalimat dengan obyek dengan tata bahasa yang
tidak benar. Setelah dua kata, muncullah kalimat dengan tiga kata, diikuti oleh
empat kata dan seterusnya. Pada periode ini bahasa yang digunakan oleh anak
tidak lagi egosentris, dari dan uniuk dirinya sendiri. Mulailah mengadakan
komunikasi dengan orang lain secara lancar. Orang tua mulai melakukan tanya jawab
dengan anak secara sederhana. Anak pun mulai dapat bercerita dengan
kalimat-kalimatnya sendiri yang sederhana.
3. Fase ketiga adalah fase diferensial
Periode terakhir dari masa balita yang bcrlangsung
antara usia dua setcngah sampai lima tahun. Ketcrampilan anak dalam berbicara
mulai lancar dan berkembang pesat. Dalam berbicara anak buKan saja menambah
kosakatanya yang mengagumkan akan tetapi anak mulai mampu mengucapkan kata
demii kata sesuai dengan jenisnya, terutama dalam pemakaian kata benda dan kata
kerja. Anak telah mampu mempergunakan kata ganti orang “saya” untuk menyebut
dirinya, mampu mempergunakan kata dalam bentuk jamak, awalan, akhiran dan
berkomunikasi lebih lancar lagi dengan lingkungan. Anak mulaii dapat
mengkritik, bertanya, menjawab, memerintah, memberi tahu dan bentuk-bentuk
kalimat lain yang umum untuk satu pembicaraan “gaya” dewasa.
a. Bahasa Tubuh
Sebagaimana telah dikemukakan di atas bahwa salah satu jenis bahasa
adalah bahasa tubuh. Bahasa tubuh adalah cara seseorang berkomunikasi dengan mempergunakan
bagian-bagian dari tubuh, yaitu melalui gerak isyarat, ekspresi wajah, sikap
tubuh, langkah serta gaya tersebut pada umumnya disebut bahasa tubuh. Bahasa
tubuh sering kali dilakukan tanpa disadari. Sebagaimana fungsi bahasa Iain,
bahasa tubuh juga merupakan ungkapan komunikari anak yang paling nyata, knrena
merupakan ekspresi perasaan serta keinginan mereka terhadap orang lain,
misalnya terhadap orang tua (ayah dan ibu) saudara dan orang lain yang d.ipat
mememihi atau mengerti akan pikiran anak. Melalui bahasa tubuh anak, orang tua
dapat mempelajari apakah anaknya menangis karena lapar, sakit, kcsepian atau
bosan pada waklu tertentu.
b. Bicara
Bicara merupakan salah satu alat komunikasi yang
paling efektif. Semenjak anak masih bayi sering kali menyadari bahwa dengan
mempergunakan bahasa tubuh dapat terpenuhi kebutuhannya. Namun hal tersebut
kurang mengerti apa yang dimaksud oleh anak. Oleh karena itu baik bayi maupun
anak kecil selalu berusaha agar orang lain mengerti maksudnya. Hal ini yang
mendorong orang untuk belajar berbicara dan membuktikan bahwa berbicara
merupakan alat komunikasi yang paling efektif dibandingkan dengan bentuk-bcntuk
komunikasi yang lain yang .dipakai anak sebelum pandai berbicara. Oleh karena
bagi anak bicara tidak sekedar merupakan prestasi akan tctapi juga birfungsi
nntuk mcncapni tujuannya, misalnya:
1) Sebagai pemuas kebutuhan dan keinginan
Dengan
berbicara anak mudah untuk menjelaskan kebutuhan dan keinginannya tanpa harus
menunggu orang lain mengerti tangisan, gerak tubuh atau ekspresi wajahnya.
Dengan demikian kemampuan berbicara dapat mengurangi frustasi anak yang
disebabkan oleh orang tua atau lingkungannya tidak mengerti apa saja yang
dimaksudkan oleh anak.
2) Sebagai alat untuk menarik perhatian orang lain
Pada
umumnya setiap anak merasa senang menjadi pusat perhatian orang lain. Dengan
melalui keterampilan berbicara anak berpendapat bahwa perhatian Orang lain
terhadapnya mudah diperoleh melalui berbagai pertanyaan yang diajukan kepada
orang tua misalnya apabila anak dilarang mengucapkan kata-kata yang tidak
pantas. Di samping itu berbicara juga dapat untuk menyatakan berbagai ide,
sekalipun sering kali tidak masuk akal-bagi orang tua, dan bahkan dengan
mempergunakan keterampilan berbicara anak dapat mendominasi situasi “.ehingga
terdapat komunikasi yang baik antara anak dengan teman bicaranya.
3) Sebagai alat untuk membina hubungan sosial
Kemampuan
anak berkomunikasi dengan orang lain merupakan syarat penting untuk dapat
menjadi bagian dari kelompok di lingkungannya. Dengan keterampilan
berkomunikasi anak-anak Iebih mudah diterima oleh kelompok sebayanya dan dapat
memperoleh kesempatan Iebih banyak untuk mendapat peran sebagai pemimpin dari
suatu kelompok, jika dibandingkan dengan anak yang kurang terampil atau tidak
memiliki kemampuan berkomunikasi dengan baik.
4) Sebagai alat untuk mengevaluasi diri sendiri
Dari
pernyataan orang lain anak dapat mengetahui bagaimana perasaan dan pendapat
orang tersebut terhadap sesuatu yang telah dikatakannya. disamping anak juga
mendapat kesan bagaimana lingkungan menilai dirinya. Dengan kata lain anak
dapat mengevaluasi diri melalui orang lain.
5)
Untuk dapat mcmpengaruhi pikiran dan peiasaan orang lain
Anak yang suka,berkomentar, menyakiti atau mengucapkan sesuatu yang tidak menyenangkan tentang orang lain dapat menyebabkan anak tidak populer atau tidak disenangi lingkungannya. Sebaliknya bagi anak yang suka mengucapkan kata-kata yang menyenangkan dapat merupakan modall utama .bagi anak agar diterima dan mendapat simpat’ dari lingkungannya.
Anak yang suka,berkomentar, menyakiti atau mengucapkan sesuatu yang tidak menyenangkan tentang orang lain dapat menyebabkan anak tidak populer atau tidak disenangi lingkungannya. Sebaliknya bagi anak yang suka mengucapkan kata-kata yang menyenangkan dapat merupakan modall utama .bagi anak agar diterima dan mendapat simpat’ dari lingkungannya.
6)
Untuk mempengaruhi perilaku orang
lain
Dengan
kemampuan berbicara dengan baik dan penuh rasa percaya diri anak dapat
mempengaruhi orang lain atau teman sebaya yang berperilaku kurang baik menjadi
teman yang bersopan santun. Kemampuan dan keterampilan berbicara dengan baik
juga dapat merupakan modal utama bagi anak untuk menjadi pemimpin di lingkungan
karena teman sebaya menaruh kepercayaan dan simpatik kepadanya.
Contoh Kasus Pada Proses Berfikir Dan Berbahasa
Ada seorang anak dimana saat umurnya masih 10 bulan ia mengalami panas tinggi dan mengakibatkan step berkepanjangan. Dan dari situ pula anak tersebut selalu mengalami step ketika panasnya tinggi. Akibat dari itu pula ia memiliki masalah dalam berbicara tentunya sangat berpengaruh pada berbahasa dan berpikirnya. Mungkin adanya saraf-saraf yang tidak dapat berfungsi sehingga berdampak buruk pada anak. Dan sampai umurnya ia berumur 10 tahun seharusnya sudah memiliki gaya bahasa yang semestinya, memiliki kosa kata yang banyak, berfikir bahasa seperti apa yang seharusnya ia gunakan, bertukar kosa kata dengan teman sebayanya, dan lain sebagainya. Namun pada kenyataan kasus seperti ini membuat anak asik dengan dunianya sendiri, walau terkadang ia ingin sekali berkomunikasi yang semestinya dengan kita. Pada kenyataannya ia hanya mampu mengisyaratkan dengan gerak tubuhnya untuk menyampaikan pesan secara tidak langsung. Untuk itu disini adanya faktor orang tua sangat penting, untuk melatih dan belajar apa saja tindakan yang seharunya ia peroleh dan bagaimana sikap yang semestinya ia lakukan sehingga anak dapat berpikir untuk itu. Tentu saja semangat orang tua sangat penting dan dorongan dari orang tua bisa membuat anak semangat untuk menjalani aktivitasnya sehari-hari walaupun dalam hatinya ia sadar bahwa ia berbeda dengan anak lainnya.
Untuk
itu bagi orang tua yang memiliki anak seperti contoh tersebut jangan
pernah malu ataupun minder. Walau pada kenyataannya sulit untuk menerima
kenyataan yang ada. Percayalah ada hikmah dibalik sebuah cobaan. Dan
percayalah setiap anak memiliki kompetensi dan bakatnya masing-masing.
Sumber:
Sujanto Agus.1979.Psikologi
umum.Jakarta:Aksara Baru
Khodijah, nyayu.2006.Psikologi
belajar.Palembang:IAIN
Sumadi.2002.Psikologi pendidikan.Jakarta:PT
RajaGrafindo
http://riksabahasa.blogspot.com/2012/02/hubungan-antara-kemampuan-berpikir_6109.html?m=1